Friday, January 8, 2010

Manajemen Tas = Manajemen Diri

Artikel ini saya salin dari Majalah yang saya baca, tepatnya Majalah Al-Falah Edisi 260 *Mohon ijin untuk menuliskan kembali*

Oleh : Miftahul Jinan
Beliau adalah Penulis buku "Aku Wariskan Moral Bagi Anakku"

Minimal ada dua fenomena yang seringkali terjadi pada anak terkait dengan peralatan sekolah mereka sehari - hari.

Pertama, anak sering lupa beberapa buku pelajaran atau alat-alat tulis. Jika ada buku yang tidak pernah dilupakan pada hari itu adalah buku-buku terkait pelajaran yang ada PR dan harus dikerjakan.*Hihi bener banget, jadi ingat waktu sekolah dulu belajar cuma pas ada PR dan mau ujian*. Karena paradigma belajar bagi anak dan bagi sebagian orang tua adalah mengerjakan PR, maka ia telah belajar. Sementara pada pelajaran yang hari itu tidak ada PR, seringkali buku dan peralatannya dilupakan anak.

Kedua, fenomena anak yang selalu membawa buku-buku pelajaran dan tidak pernah melupakannya. Menariknya adalah mereka tidak pernah melupakan karena memang mereka membawa seluruh buku pelajaran dan alat tulisnya ke sekolah setiap hari. Fenomena ini ditandai dengan semakin besarnya tas yang mereka bawa dengan isi yang selalu penuh. *biasanya anak perempuan nih, kalo anak laki - laki ma kadang males, ke sekolah cuma bawa buku satu, pulpen satu hehe tapi nggak semuanya sih, yang kayak gitu biasanya anak STM, biasanya loh, sekali lagi nggak semuanya...*

Bagi guru, fenomena kedua memang terlihat lebih baik. Karena anak tidak pernah melanggar tata tertib kelas, ia selalu membawa buku pelajaran dan peralatan yang dibutuhkan hari itu. Padahal bagi perkembangan tanggung jawab dan kemandirian seorang anak fenomena kedua tidak lebih baik dari fenomena yang pertama. Banyak orang tua memandang buku pelajaran, peralatan sekolah, dan tas sekolah adalah masalah yang sangat sederhana. Toh dengan sendirinya anak akan mampu mempersiapkan buku-buku dan peralatan belajarnya. Bagi seorang anak yang masih SD, masalah memilih buku pelajaran sesuai jadwal, memilih alat tulis, dan memasukkan keduanya ke dalam tas merupakan masalah yang sangat kompleks. Tanpa bimbingan praktis orang tua, anak sering gagal dalam mempersiapkannya. Anehnya, kegagalan ini berlanjut hingga anak beranjak remaja bahkan dewasa. Masih sering kita temui seorang mahasiswa tidak punya manajemen yang baik di dalam tasnya. Mereka sering kehilangan file-file kertas di dalam tas tersebut, apalagi jika dilihat dari sudut pandang kerapian menempatkan barang-barang di dalam tas tersebut.

Marilah kita melihat isi dompet kita. Seringkali masih dipenuhi dengan beberapa kartu nama dari orang-orang yang kita temui 5 bulan yang lalu atau bon-bon belanja di 2-3 bulan yang lalu. Berarti berbulan-bulan kita membawa sampah? *hihi saya bangett itu, masih sering nyusuh*
Mengapa ini semua masih sering terjadi? Jawabannya adalah karena kita tidak pernah diajari secara praktis bagaimana mengatur tas kita di usia dini. Manajemen tas adalah manajemen diri. Ketika kita berhasil mengatur tas dengan baik saat kita masih kecil, mala sebenarnya kita telah melatih diri kita untuk manajemen diri lebih baik.

Minimal ada 3 tahapan yang harus orang tua latihkan secara praktis kepada anak-anak di usia dini jika mereka ingin mendidik tentang manajemen tas :
1. Mengosongkan tas
    Tahapan ini penting dilakukan untuk memastikan tas dalam kondisi bersih dan terhindar dari potongan-potongan kecil kue yang dapat mengundang datangnya semut.
2. Mengenali buku sesuai jadwal
    Mengidentifikasi buku pelajaran dan peralatan sekolah yang dibutuhkan sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh sekolah. Pada tahap yang kedua ini seorang anak belum diperkenankan untuk memasukkan buku dan peralatan belajarnya ke dalam tas.
3. Menyesuaikan model tas
    Menempatkan setiap buku paker, buku tulis, peralatan belajar, dan barangkali makanan sesuai dengan kantong-kantong yang ada dalam tas. Pada usia anak yang masih kecil, orang tua tidak harus memaksakan anak untuk melewati semua tahapan di atas dalam satu waktu. Anak mungkin hanya dibimbing pada tahapan pertama dan kedua dahulu selama beberapa waktu. Dan ketika mereka telah berhasil pada kedua tahapan di atas, maka mereka dapat dilanjutkan pada tahapan yang ketiga untuk beberapa hari kedepan.

Tidak ada jaminan berhasilnya anak melewati setiap tahapan di atas, kecuali jika orang tua dan guru sama-sama mempunyai perhatian yang besar terhadapnya. Orang tua dapat memulai membimbing anak untuk tahapan-tahapan di atas, dan guru mempunyai perhatian untuk melakukan pengecekan berkala terhadap tas-tas siswa mereka.

Jika manajemen tas ini dapat dilakukan dengan baik oleh anak-anak, banyak manfaat yang akan kita rasakan, diantaranya:
1. Anak terbiasa sejak diri untuk melakukan segala sesuatu dengan rapi dan teratur. Kebiasaan baik ini mungkin akan sangat bermanfaat hingga mereka tumbuh dewasa. Jika mereka nantinya menjadi pemilik dari sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut akan cenderung rapi dan teratur.
2. Akan tumbuh kemandirian dan rasa tanggung jawab pada diri anak terhadap barang dan peralatan miliknya.
3. Anak semakin mudah untuk mendapatkan barang yang dibutuhkannya setiap kali hendak memakainya.
4. Bagi orang tua dapat menjadi modal awal untuk membangun kerapian dan keteraturan pada aspek-aspek yang lain dalam kehidupan anak nantinya.
Manajemen tas adalah manajemen diri anak dan inilah awal bagi tumbuhnya manajemen-manajemen yang lainnya.

Semoga artikel di atas bermanfaat bagi kita semua termasuk saya... Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil.



Thursday, January 7, 2010

sensi

astaghfirullohaladzim.......
hari ini bener - bener lagi sensi buangettt, sampek pengen nangis rasanya, adek q korban pertama, padahal mungkin dia cuma mau curhat berkeluh kesah kalo "flash disk" nya diruskin temennya (mungkin juga temennya ngga sengaja sih) namun respon q malah ngga jelas maaf ya "Len". Mungkin saat ini mbak lagi berharap untuk dipahami, bukan memahami, ada kalanya mbak uring - uringan ngga jelass, sekali lagi maaf ya....
Sebenarnya cuma mau kamu lebih peka dan sedikit bertanggaung jawab, itu saja, kasih sayang mbak memang agak sedikit berbeda, bukan berupa belaian atau pelukan hangatt, namun lebih banyak teguran dan kadang marah, suerr itu demi kebaikan kamu.



Monday, December 14, 2009

sekedar nulis, ngusir ngatukss

Pengen nulis.... tapi apa yaa?
Di Otak sudah ngantri kalimat - kalimat yang hendak tertuang, namun seperti biasa belum ada kemudahan buat mengikatnya menjadi sebuah tulisan yang layak disajikan kedepan banyak orang *pede bener emang siapa yang mau baca hehe... aarrrgh

eh iya tadi malam ikut menyimak acara "Democrazy" di salah satu stasiun tipi... pastinya semua sudah pada tau apa nama stasiun tipinya...
seperti biasa nontonnya nunut ke tetangga kamar, meski pemiliknya ngga gemar nonton acara tersebut namun yang bersangkutan berbaik hati rela dan ikhlas memberikan kesempatan buat nonton acara tersebut *hehe pemilik tipinya pasrah kalo dinunutin... matur nuwun bagi pemilik tipi

Pertama kali membahas terkait pengumpulan uang koin "recehan" dalam rangka solidaritas terhadap kasus hukum mbak Prita yang tentunya sudah pada tahu tentang kasus hukumnya dengan dakwaan pencemaran nama baik salah satu rumah sakit internasional di Jakarta yang ternyata usut punya usut label "Internasional"nya masih dipertanyakan, hanya gara - gara keluhan pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan disana, pastinya dihadirkan dalam acara tersebut mbak Prita dan mbak Ade sebagai pencetus aksi recehan tersebut, salut sama mereka, wanita - wanita percaya diri dan berani tampil demi memperjuangkan kepastian hukum di negeri ini yang akhir - akhir ini semakin sulit dipercayai, arrgggh ngga mau mengomentari, cuma berharap masih ada insan berbudi pekerti dan berakhlaq tinggi di negeri ini.
Selanjutnya mengomentari tentang gaya pidato kepala negara akhir - akhir ini, seperti biasa dihadirkan nara sumber dari pakar komunikasi dan pengamat politik, kata pengamat politik memang akhir - akhir ini pemimpin negeri ini lebih banyak mengeluh terkait beberapa peristiwa yang terjadi diakhir tahun ini,  yang diperdebatkan adalah pemimpinlah yang harus mendengarkan keluhan rakyat bukannya malah rakyat yang kudu mengkonsumsi keluhan - keluhan mereka... hehe kok jadi sok ikut jadi pengamat sih, bukannya gitu asal tau aja, padahal yang mau ditonton itu lawakannya hehehe

Namun ngga salah kalau masih berharap pemimpin kita kali ini lebih amanah dan pastinya mereka kudu ingat kepemimpinan mereka tidak cuma dipertanggungjawabkan di dunia tapi juga di alam sesudahnya yang lebih kekal yaitu akhirat "sesungguhnya pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya kelak dihadapan Alloh" itu yang lebih berat kompensasinya....

hehe keburu nglantur iki, maklum masih belajar.... lumayan ngilangi penyakit nguantuks.....